Kenyataan Itu...

| Senin, 13 September 2010


“Ka..”
“Ka..”
“Woey..! Erika..!!”
“Hah…apa?”

Brukk!!

Terdengar sesuatu yang jatuh. Erika menengok ke jendela. Kasihan tuh burung, terkapar kaku di tanah. Pasti kaget gara-gara teriakan Chintya barusan. Hehe..

“Dari tadi kok diem aja sih? Ngelamun yah?”
“Umm..nggak kok.”
“Halah…ngelak lagi. Hayoo..! Mikirin apaan sih?”
“Nggak deh..”
“Yang bener aja? Wajah bengong dari tadi..”
“Bener. Sebener-benernya..mungkin kena sinar matahari. Kan kulitku sensitif..”
“Hmm..ada-ada aja kamu ini. Beneran toh nggak apa-apa?”
“He-em..”
“Ya sudahlah..”


Kring…kring…kring…

“Yes..! Akhirnya, pulang juga. Ayo cepat, Erika! Aku ke rumahmu yah? Sekalian ntar sore pergi bareng latihannya..”
“Iya..iya..tunggu bentar..”
Siang ini merupakan siang-siang lainnya di SMA Bhakti. Seperti biasa, siswa-siswa pulang pukul 14.00 tepat. Gerbang sekolah terlihat penuh berhamburan sekaligus berdesakan para warga sekolah. Ada yang bawa motor, mobil, naik angkot, dijemput atau jalan kaki.
Dari kejauhan tampak seseorang yang misterius. Dia berdiri di dekat gerbang hampir 10 menit yang lalu. Raut mukanya agak kesal. Sedari tadi ia berdiri di situ malah jadi bahan pembicaraan ibu-ibu atau cewek-cewek yang lewat.

“Waaah…mirip kayak bintang pilem yang di tipi-tipi itu loh…”
“Ngidam apa sih ibunya? Anaknya jadi se-ganteng bule..”
“Seandainya gue masih jomblo, gue deketin tuh cowok...”
“Mau berani taruhan nggak? Sapa yang nekat deketin cowok yang berdiri di situ tuh..?”
“Mas…nggak capek berdiri di situ. Hihihihihi…”

Itulah beberapa pembicaraan yang didengar cowok tersebut mengenai dirinya. Sepertinya inilah derita orang cakep!
Tiba-tiba tuh cowok langsung pergi mengendarai sepeda motornya dengan kencang setelah melihat para siswa berhamburan pulang.

^_^

“Erika!”
“Apa?”
“Kamu kenapa sih? Sampe bingung aku..”
“Aku nggak apa-apa kok, Chintya..”
“Yah..terserahlah..”
Erika dan  Chintya telah berteman sejak kelas 1 eS-eM-Ah. Erika sangat menyukai karakter Chintya yang ceriwis abis dan easy-going, membuatnya mudah akrab dengan siapapun, termasuk Erika.
“Semua pada ngumpul tuh. Ayo buruan! Mau dimulai latihannya..”
“Dasar aneh. Kalo latihan aja langsung semangat.”
Erika hanya tersenyum menanggapi komentar teman baiknya. Sebenarnya, Erika juga nggak mengerti kenapa dia langsung begitu bersemangat. Apa karena dia? Mungkinkah itu? Ah, sudahlah..
Be te we, Erika dan Chintya tuh ngikut latihan karate. Well, yang nggak ngerti karate kebangetan! Karate tuh semacam bela diri ala Jepang. Percaya nggak percaya, karate malah lebih berkembang pesat di Indonesia ketimbang pencak silat, beladiri milik Indo sendiri. Kok aneh yah??
Kembali ke cerita…
Pemanasan pun dimulai. Asyik sekaligus nyenengin. Erika jadi nyesel bin kecewa. Kalau dipikir-pikir, mengapa ia nggak dari dulu ngikut karate? Kan Erika jadi nggak sering digangguin ama cowok-cowok iseng. Iih..serem!!
Mumpung Erika masih kelas eks (10), masih belum banyak-banyaknya tugas dari sekolah & masih berwajah imyut-imyutnya.. (wait..apa hubungannya ama tampang sih??) So, ia masih bisa nyisihin waktunya buat ngikutin olahraga faforitnya ini.
“Ehm…ehm…eing…ing…eing…pangeranmu dateng tuh..”
“Apaan sih?”
“Tuh..tuh..liat..!”
Erika melihat ke arah yang ditunjuk Chintya.
Kak Reyfan??
Sekedar info, katanya eh katanya cowok yang bernama Reyfan ini mirip bintang film korea dan memang tampang nih cowok kyut abis (waaaah!!!). Mey bie, nih cowok kloningnya artis Korea yang nyasar ke Indonesia. Hahaha…
In that time, tanpa direncanakan sebelumnya, perasaan Erika menjadi nggak karuan. What’s wrong?
Erika langsung menengok kembali ke Chintya.
“Cuit..cuit..hihihi..”
Ada yang lucu, heh?”
“Sewot nih yee….”
“Nggak lucu tau..!!”
“Bagimu.. bagiku lucu kok.. hehehe..”
Erika menyerah menanggapi sindiran Chintya. Erika malah sebal melihat tampang Chintya dengan gaya khas sindirannya. Huh, sebel!
Berakhir juga gerakan-gerakan pemanasannya. Erika merasa ada seseorang dari samping yang melayangkan pukulan meski sengaja dibuat meleset.
Sett!!

Erika mundur. Dia!! Kemudian, tuh cowok berbalik sambil menjulurkan lidah ke arah Erika.
“Hey, kurang kerjaan! Jahil banget jadi orang. Aku sumpahin tuh lidah nggak bisa balik..”
“Biarin. Weeeeck…!!”
Huh, sebel..sebel..sebel! Rasanya Erika kayak gunung Krakatau yang siap meletus kapan aja. Aku pengen nonjok tuh muka. Awas kau, kak Reyfan!!

^_^

Esoknya sepulang sekolah, terlihat seorang cewek berseragam putih abu-abu berjalan sendirian. Cuaca yang semakin panas membuat wajah putihnya memerah mirip kepiting rebus.
“Hai, Erika..”
Erika menoleh. Sepertinya ia udah nggak asing mendengar suara cowok yang memanggilnya.
“Kau!” Erika tersenyum sinis.
“Lama kita nggak ketemu..”
“Hampir 1 tahun..”
“Rupanya kamu terlalu perhitungan sekali. Ayo kuantar pulang!”
“Tumben baik?” Erika terus nyelonong, seakan nggak dengerin tawaran tuh cowok.
“Ayolah!”
Cowok itu semakin mendekatkan sepedanya ke arah Erika. Tatapannya seperti memaksa Erika.
“Terserah.” Erika pun naik ke atas motor dengan sedikit terpaksa ngelakuin hal itu. “Pasti aku bakal nyesel!” pikirnya.
“Kau masih sama kayak dulu..” si cowok mulai berbicara.
“Kau rajin, kau pintar, kau…”
“Apa?”
“Cantik..”
Erika seakan-akan ingin menutup telinganya. Basi!
“Aku kira kau udah nggak inget dan nggak peduli ama aku lagi..”
“Nggak mudah ngelakuin itu, Erika. Aku pengen kita kembali lagi kayak dulu. Sejak aku lepas darimu, nggak tau kenapa aku jadi berubah. Aku nggak mau itu terjadi, aku lebih suka diriku yang dulu. Aku…”
“Cukup. Jangan diterusin lagi!”
Motor si cowok tepat berhenti di seberang rumah Erika.
“Trims udah nganterin nyampe rumah.”
“Tunggu!”
Erika langsung berlari masuk ke dalam rumah. Si cowok hanya bisa memandang Erika menghilang dari hadapannya.
Aku cuma pengen minta maaf, Erika.. Cuma itu..

^_^

“Hei..! Hei, Erika..”
Ada apa, Chin?”
“Kamu tau nggak?”
“Nggak, kan kamu belum bilang apa-apa..”
“Ye… makanya, dengerin dulu! Ada anak baru di dojo kita. Busyeet dah… tuh anak mirip ama kembarannya Ricky Martin tapi..agak iteman dikit.”
Erika malah nggak bisa bayangin gimana tampangnya Ricky Martin yang gosong. Hihi..
“Terus..apa peduliku?”
“Umm..aku cuma kasih info. Kayaknya tuh anak adik iparnya Senpai Jun. Kali aja kamu penasaran..”
“Biasa aja tuh.. Eh, tadi kamu lihat Senpai Rian nggak? Aku mau ngembaliin bukunya yang aku pinjem kemarin. Ntar malah keburu lupa.”
“Kalau nggak salah, tadi……umm…..”
“Lama amat sih mikirnya..!”
“Aha..! Aku inget…lagi pada ngumpul sama senpai lainnya di dalem. Kayaknya udah dateng deh Senpai Rian.”
“Dasar lemot! Thanks, yah.. Bentar aku mau ke sana dulu..”
“Iyah..iyah..”
Erika cepat bergegas ngambil bukunya di tas & langsung berlari ke dojo. Lagi-lagi, Erika ngelihat sosok yang sewaktu tadi siang bersamanya.
“Kau lagi!” Erika terkejut.
“Wah… kita memang sehati yah, Erika.”
“Jangan ngaco kau! Apa yang kau lakuin di sini, heh?”
“Aku kan anak baru di sini. Salam kenal yah, nona manis..”
“Apa?” (Jadi, ini yang katanya ‘Ricky Martin gosong’. Kok malah mirip buyut dari buyutnya Ricky Martin? Hahaha…)
“Hei, Riko! Ngapain sih kau ngikutin aku terus?”
Cowok yang dipanggil Riko itu hanya tersenyum..
“Waktu itu, aku nggak sempet bilang ama kamu. Aku…”
“Erika udah saling kenal sama Riko yah?”
Kedatangan Senpai Jun sempat mengagetkan Erika.
Senpai Jun.. Bu..bukan gitu.. Aku nggak..”
“Iya, Kak Jun. Aku udah lama kenal Erika. Dia se-SD denganku..” sela Riko
Erika semakin kesal dengan Riko. Dasar anak pengacau!
“Bagus..bagus.. Kalau gitu Erika..”
“I..iya, senpai..”
“Beritahu Riko mengenai peraturan-peraturan di dojo ini!”
“Umm..baik..”
Senpai Jun pergi meninggalkan mereka berdua. “Sial! Lagi-lagi aku harus berurusan dengan cowok ini. Huh, menyebalkan!” rutuk Erika dalam hati.
“Hei, Erika…”
Erika cepat-cepat meninggalkan tempat itu. Ia sama sekali nggak peduli. Riko menyusul di belakang Erika.
“Eh, tunggu..! Kak Jun kan..”
“Panggil Senpai Jun..!!”
“Iyah! Maksudku, senpai Jun menyuruhmu kan memberitahuku mengenai dojo ini?”
“Pikirin sendiri! Tanya lainnya aja..!”
Erika makin mempercepat langkahnya.
“Pelan dikit napa sih? Erika..”
Reyfan melihat Riko mengekor di belakang Erika. Sempat Reyfan pengen sekedar nyamperin mereka berdua. Tapi, ia batalin niatnya. Ada suatu perasaan yang muncul di hati Reyfan. Apa aku cemburu ama mereka? Mustahil! Nggak mungkin kalau aku menyukainya..?

^_^

“Hosh…hosh…hosh…”
Erika terengah-engah kehabisan napas. Ia berhenti sejenak, mengusap keringatnya kemudian melanjutkan larinya. Ia memakai jaket putih dan celana olahraga hitam. Rambut panjangnya dikuncir rapi. Sudah termasuk jadwal Erika untuk lari pagi tiap hari minggu.
Larinya terhenti. Ada sebuah bangku kosong di pinggir jalan. Ia memilih untuk istirahat sejenak di bangku itu. Angin pagi meniup wajah Erika dengan lembut. Rambutnya tertiup angina.  Segarnya!
Ia merogoh sakunya. Jam di layar handphone menunjukkan pukul 06.00. Masih pagi. Ia memasukkan kembali handphone-nya. Hampir 10 menit, Erika masih duduk di bangku sambil melihat kendaraan berseliweran. Tak jarang, cowok-cowok iseng yang sekedar lewat menyapanya.

“Non, sendirian? Mau ditemenin nggak?”
“Capek yah? Sini aku anterin..”

“Dasar cowok rese!” batin Erika    
Setelah merasa agak enakan, Erika kembali berlari. Keringat di dahinya terus becucuran.
Plaak!

“Awwh…..! Sakit, Erika..”  
Astaga! Kak Reyfan??
“Ups, maaf! Aduh, aku terlalu keras yah?”
Erika melepaskan cengkramannya dari pergelangan tangan Reyfan. Spontan aja, cewek-cewek yang di sekitar situ melotot melihat kejadian barusan. Tatapan mereka seakan-akan siap memangsa Erika. Sepertinya, mereka nggak terima apa yang barusan dilakuin Erika terhadap Reyfan. Iih, sadis!
“Dasar kau itu! Lihat tanganku nyampe merah tuh..”
“Salah sendiri! Lagian ngapain juga muncul tiba-tiba di belakangku pake nyodorin handuk.”
“Aku mau ngusapin keringatmu. Sini!”
“Nggak usah! Aku…”
“Ssst.. diam!”
Reyfan memegang tangan Erika. Alhasil, Erika nggak bisa menghindar lagi.
“Yah… si model udah punya cewek!” gumam kecewa salah satu cewek di sekitar situ. “Sungguh, aku bukan ceweknya...” batin Erika mendengar gumaman tadi. Erika terdiam lama.

Dag...dig...dug…!

Suara jantung Erika bertalu-talu. Dan semakin keras setelah mencium bau parfum. Semoga aja kak Reyfan nggak denger suara jantungku... Ini?? Bau parfum kak Reyfan.. Lembut..
Reyfan pun melepas pegangannya sehabis mengusap keringat Erika.
“Kenapa kamu nggak bilang?”
“Apa?”
Erika mulai bisa menguasai diri. Tenang, Erika!
“Kalau mau lari pagi. Kan bisa aku temeni, biar nggak sendirian..”
“Udah biasa lari sendirian..”
Mereka berdua terdiam, saling bermain dengan pikiran masing-masing. Berdua mereka jalan berjejer.
“Erika…” Reyfan mengawali pembicaraan.
“Hm..”
“Kamu itu.. ada hubungan apa sama Riko?”
“Teman lama… kenapa nanyain itu?”
“Oh..umm..nggak apa-apa.”
Lagi-lagi mereka terdiam. Erika pun menghela napas. Berusaha menahan emosi lalu mulai bercerita…
“Dulu…aku sangat dekat ama Riko. Kami hanya sekedar berteman. Tapi pendapat orang lain berbeda. Mereka mengira kami berdua berpacaran karena melihat kedekatan kami…”
Erika terhenti sejenak mengatur napas. Kemudian, melanjutkan cerita..
“Memang, kami sangat dekat waktu itu. Lama-kelamaan, aku jadi menyukai Riko. Semakin kupendam perasaan itu, semakin dalam. Dan, Riko tau kalau aku menyukainya. Tapi dia….” suara Erika tersendat. Sebulir air mata menetes di wajah putih Erika.
“Maaf, kak.. Aku berlebihan. Aku memang cengeng..”
Erika berusaha untuk tersenyum, senyum yang dipaksakan. Reyfan merasa iba. Ia mengusap lembut air mata Erika. So suwitt!
“Yang minta maaf itu aku. Maaf udah nanyain itu ke kamu. Maaf…!”
Reyfan merasa benar-benar bersalah karena telah nanyain masa lalu Erika. “Ternyata ia mengalami lebih dari yang aku alami,” batin Reyfan.
“Sudahlah, kak.. aku nggak apa-apa..” ucap Erika datar.
“Aku pergi duluan, kak. Aku udah janji ama Chintya. Siang ini mau nemenin dia nyari kado buat ibunya..”
“Baiklah, hati-hati yah..”
Pandangan kosong Reyfan mengikuti Erika pergi menghilang dari hadapannya. Apa aku harus mengatakannya? Sebentar lagi, aku nggak kan berada di kota ini. Ini pertemuan terakhir, Erika…

^_^

Beberapa hari yang lalu…
Hujan deras mengguyur kota pada malam hari. Suasana hujan yang dingin sedingin hati Reyfan. Masih teringat jelas kejadian siang itu. Sama sekali tak dapat dipercaya. Cewek yang telah menjadi pacarnya selama hampir 6 bulan, Kinan mengkhianatinya. Sejak awal, Reyfan telah curiga. Akhir-akhir ini, Kinan menolak ajakannya dengan berbagai alasan. Acara keluarga, jenguk teman di RS, hang-out dengan teman-teman dan sederetan macam alasan lainnya. Tapi kejadian tadi siang telah menyadarkan Reyfan. Terlihat di depan café, Kinan bergandengan tangan dengan seorang cowok seperti sepasang kekasih. Hancur hati Reyfan melihat kejadian itu. Reyfan menghampiri mereka.
“Kinan, ini cowokmu?”
Sontak Kinan kaget ditanya seperti itu oleh Reyfan. Kinan hanya diam dan langsung melepaskan pegangan tangannya dari cowok itu.
“Baik, terserah saja!”
Reyfan langsung berbalik memacu motornya.
“Tunggu….! Reyfan…”
Reyfan tak peduli panggilan Kinan yang sayup-sayup masih terdengar. Teganya kau melakukan hal ini, Kinan!

Click..

 Reyfan tersadar dari lamunannya. Diraih handphone-nya dengan malas. Ada 1 pesan masuk di layar hp-nya.
“Kinan? Huh, apa lagi maunya?” gerutu Reyfan

Reyfan…
Maafkan aku..
Aku nggak bermaksud nyakitin kamu. Aku salah nglakuin itu! Aku sadar kalau aku masih sayang kamu.. Please, forgive me..

“Pembohong!!” umpat Reyfan dalam hati.
Ia kembali meletakkan hp-nya dan sengaja tak membalas pesan itu. Handphone Reyfan berbunyi. Kali ini, bunyi telepon masuk. Reyfan hanya melihat handphone-nya berbunyi. Ia tahu kalau Kinan yang menelpon. Hingga 5 kali Kinan berusaha menelpon handphone Reyfan tapi sengaja tak diangkat.      
Berisik…! Saking jengkelnya, Reyfan me-nonaktifkan handphone miliknya.
Shit!
Reyfan memukul keras dinding kamarnya hingga tangannya memar. Sebulir kristal pun menetes.

^_^

Pagi ini, di sebuah café…
“Kak Rian, sepertinya aku telah memikirkan rencanaku ini matang-matang dan aku sudah mengmbil keputusan..”
“Hm, apa keputusanmu?”
“Nanti sore aku akan pergi ke Bandung.”
“Kau yakin? Kapan kau kembali?”
“Aku telah berkali-kali memikirkannya. Mungkin tahun depan. Aku akan menerima tawaran pamanku untuk bekerja di usaha miliknya,” ucap Reyfan yakin.
“Baiklah, kalau itu memang keputusanmu. Apa dia sudah tahu?”
“Aku masih belum mengatakan apapun tentang ini padanya. Nggak mudah..”
“Aku mengerti itu..”
Reyfan meminum cappuccino yang baru saja dihidangkan di hadapannya oleh pelayan. Café tempat mereka berdua ngobrol memang terlihat lengang. Maklum, café tersebut tergolong baru di daerah ini. 

^_^

Sejak di sekolah, Erika terus merasa gelisah seperti memiliki firasat. “Mungkin ini perasaanku saja!” batinnya. Tapi lama-lama jadi beban pikiran hingga akan latihan. Duh, pusing!
Erika melihat Riko dari kejauhan menghampirinya. Erika memasang ekspresi tidak peduli akan kehadiran Riko.
“Boleh aku duduk di sebelahmu?”
“Terserah,” jawab Erika sinis.
“Aku ingin minta maaf soal kejadian waktu itu. Memang aku salah. Dan aku sadar itu. Kamu mau maafin aku kan?”
Erika tetap diam dan memikirkan perkataan Riko barusan. Setelah dipikir-pikir lagi, nggak ada gunanya terus kayak gini. Toh Riko sudah minta maaf.
“Aku tulus minta maaf ama kamu, Erika.. Maafin aku, yah?”
“Iya, ku maafin,” ucap Erika datar.
“Makasih. Kita bisa jadi temen kan?”
Erika hanya menganguk sebagai jawaban. Riko senang atas jawaban Erika.
“Erika… kamu tau nggak? Gawat!”
Tiba-tiba Chintya berlari dari dojo sambil teriak-teriak.
“Gawat apanya? Tenangin diri dulu baru cerita..”
Chintya menuruti saran sahabatnya itu…dan mengatakan…
“Kak Reyfan pergi ke Bandung. Sebentar lagi, keretanya berangkat..”

Degg!

Bagaimana mungkin kemarin itu terakhir kalinya ia bertemu kak Reyfan? Erika lemas. Apakah ini yang dirasakannya sejak tadi? Pantas saja, tidak seperti biasanya kak Reyfan belum berada di dojo.
“Erika, kamu nggak ingin ketemu kak Reyfan buat terakhir kalinya?” desak Chintya.
“Percuma saja! Udah nggak sempat..” mata Erika berkaca-kaca. Riko yang sedari tadi diam angkat bicara.
“Aku mengeti sekarang. Kau menyukai kak Reyfan. Sepertinya ini masih sempat.. Ayo kuantar ke stasiun!”
Erika masih terdiam terpaku mendengar perkataan Riko.
“Kok malah bengong sih? Ayo!”
“Riko..aku nggak ngerti harus bilang apa..makasih..”
“Sudahlah.. Ayo cepat!”
Riko membonceng Erika. Motornya melaju dengan kecepatan tinggi. Sesampainya di stasiun, Erika langsung meloncat turun dari motor. Riko hanya menatap Erika hingga menghilang ke pintu masuk stasiun. “Good luck,” batin Riko.
  Erika berlari masuk ke stasiun. Pandangan matanya menyusuri hampir semua sudut stasiun. Kau dimana, kak? Jangan pergi dulu!
Erika mendapati sosok tubuh yang dikenalnya memakai kaos biru dan celana jeans biru duduk di salah satu kursi tunggu.
“Kak Reyfan..!!!”
Merasa mengenal suara yang memanggilnya, Reyfan bangkit dari tempat duduknya.
“Erika.. apa yang kamu lakuin disini? Kamu nggak latihan?”
Erika berlari ke arah Reyfan.

Bukk!!

Erika melayangkan pukulannya ke Reyfan, tepat sasaran. Memang tak begitu keras, tapi lumayan  membuat Reyfan kesakitan hingga melangkah mundur. Tak terpikirkan oleh Reyfan kalau Erika akan berbuat hal itu.
“Dasar bodoh! Kenapa kakak nggak bilang kalau mau pergi?”
“Aku nggak sanggup mau bilang ke kamu..”
“Kau menyebalkan! Selama ini aku menyukaimu, kak.. Aku nggak tau harus gimana lagi buat nutupi perasaanku..” air mata Erika mengalir.
Mendengar pengakuan Erika, kontan membuat Reyfan tersenyum.
“Aku senang.. Ternyata kau menyukai ku. Terima kasih, Erika. Aku juga menyukaimu..” Reyfan reflek memeluk Erika. Hal itu membuat Erika tercengang.
“Benarkah?”
“Aku menyukaimu sejak mengenalmu, Erika.. Aku begitu bodoh baru menyadarinya. Aku nggak kan pernah bisa melepaskanmu, nggak kan pernah bisa..”
Terdengar suara kereta yang semakin mendekat. Kereta yang akan ditumpangi Reyfan telah tiba.
“Ini sudah waktunya aku pergi. Kau jangan bersedih lagi, manis..” Reyfan melepaskan pelukannya.
“Dasar kau malah bercanda!” Erika mencubit gemas tangan Reyfan.
“Sudah donk!” Reyfan meringis kesakitan.
“Apa kakak akan kembali?”
“Tentu. Jika seandainya kau belum memiliki seseorang di hatimu, tunggulah aku..”
Untuk terakhir kalinya, Reyfan mengusap rambut Erika dan langsung naik kereta. Tak berapa lama, kereta berjalan. Reyfan tersenyum sambil melambaikan tangannya ke jendela. “Aku pasti akan menunggumu,” batin Erika.

^_^

Malam tahun baru, di dojo..

Senpai, aku pulang duluan..”
“Ya udah, hati-hati, Erika..”
“Iya, senpai..”
Kemudian Chintya menghampiri Erika yang sedang berkemas-kemas.
“Wah, semangat betul! Ada apa ni?”
“Gak ada apa-apa kok. Be te we, met taun baru yah..”
“Iya, sama-sama kok. Oh iya, nanti ada rencana ke mana? Para senpai mau ngeliat kembang api rame-rame, mau ikut?”
“Sorry, aku nggak bisa nanti ada rencana. Bye..”
Erika langsung pergi.
“Tuh anak kenapa sih?” ujar Chintya kesal.
“Sepertinya dia datang..” sahut Riko yang tiba-tiba berada di samping Chintya.

^_^

Malam tahun baru, pukul 21.00

Seorang gadis dengan rambut terurai duduk di bangku taman sambil melihat kembang api di langit malam yang cerah.
“Makasih udah nunggu cowok ganteng ini,” ujar seorang cowok yang sudah berada di belakang gadis itu.
“Hello! Ada orang pe-de nyasar..”
“Huh, beginikah caramu menyambutku, Erika?”
Erika berdiri dari bangku taman dan langsung menghampiri cowok itu.

Bukk!!

“Aduh! Kau melakukannya lagi.” si cowok meringis kesakitan.
“Kau menyebalkan! Itu gara-gara kau datang terlambat. Selalu begitu.…”
 Sebelum Erika menyelesaikan kalimatnya, si cowok memeluk Erika.
“Eh, apa-apaan sih, kak Reyfan?”
“Makasih, Erika..”
Ucapan Reyfan membuat Erika terdiam, kemudian berkata…
“Selamat datang kembali, kak...”

^_^

0 komentar:

Next Prev
▲Top▲