Hina Matsuri

| Kamis, 07 Oktober 2010
Hina matsuri adalah sebuah festival atau perayaan yang ditujukan bagi anak perempuan yang diadakan setiap tanggal 3 maret. walaupun pelaksanaan festival ini beragam bentuknya,namun pada dasarnya orang jepang merayakannya dengan boneka Hina, baik yang dipajang maupun yang dihanyutkan ke sungai.Akar festival anak perempuan adalah salah satu dari 5 festival musim yang disebut Joushi (berarti har i ular atau naga) pada awal bulan maret dimana pada jaman Muromachi (1392-1532) di tetapkan setiap tanggal 3 maret. Festifal ini dilatarbelakangi dari tradisi cina kuno pada tahun 300, yaitu sbuah acara penyucian diri untuk menolak kemalangan atau bencana dengan cara menghanyutkan hal-hal yang sifatnya "tidak bagus" ke air sungai.
Karena dilandasi sebuah pemikiran bahwa di setiap akhir musim atau kegiatan acara, penyakit mudah masuk sehingga dapat membawa kemalangan atau bencana. Konon cerita inilah yang disampaikan ke jepang oleh utusan jepang yang pergi ke dinasti Tang di cina.
Jepang, sejak dulu kala sudah memiliki ritual penyucian diri, pola pikir tntang penyucian dan kepercayaan pengganti yang dinamakan Katashiro (suatu kepercayan dimana sebuah benda ditempatkan dengan fungsi sebagai pengganti roh dewa pada waktu melakukan penyembahan).
Karena hal ini berkaitan dengan makna festival Joushi, maka pada akhirnya festival joushi ditetapkan sebagai budaya jepang yang asli.
Pada masa Heian (794-1191), di hari-hari musim festival joushi orang-orang pergi ke bukit dan gunung memetik rumput yang berfungsi sebagai obat, lalu menyucikan tubuhnya dengan rumput tersebut. Sambil berdoa memohon kesehatan dan supaya terhindar dari kemalangan. Acara ini kemudian menyatu dengan “permainan Hina” yaitu boneka yang dipakaikan baju kertas. Kepada boneka ini (dulu terbuat dari rumput-rumputan atau jerami, sekarang dari kertas), di pindahkan hal-hal yang buruk lalu dihanyutkan ke sungai. Kebiasaan ini berkembang menjadi tradisi “Hina yang dihanyutkan”.
Pada masa Muromachi(1392-1532), tradisi ini berganti dengan kebiasaan memajang hiasan boneka hina yang mewah di istana dan menjadi sebuah perayaan meriah. Acara ini meluas dar I istana ke kalangan masyarakat kaum samurai, kemudian ke kaum pedagang, dan menjadi sebuah perayaan yang dinamakan Hina Matsuri seperti sekarang ini.
Festival hina tidak bisa dianggap sebagai perayaan yang biasa. Sama seperti perayaan selamatan 7 hari setelah kelahiran bayi dengan melakukan kunjungan ke kuil, perayaan ini adalah acara untuk memohon pertumbuhan yang sehat bagi anak perempuan. Jadi, dengan kata lain boneka hina menjdi seperti dewa pelindung dari kemalangan , pengganti penerima ketidakberuntungan atau kemalangan yang akan turun kepada anak atau bayi perempuan.

0 komentar:

Next Prev
▲Top▲